h1

Inspiring Egg-Crate

Desember 23, 2009

Sesuai dengan namanya yang legendaris, sejarah Chrysler seri 300 memang sangat panjang dan kompleks. Kisahnya bermuara tahun 1955, saat Chrysler mencangkok mesin V8 paling powerful di masanya, 331 ci Hemi dual-carb ke tubuh Chrysler Windsor two-door yang dipadankan dengan penggunaan grille egg-crate bawaan Imperial. Dan hasilnya adalah C-300 (C adalah kode untuk sedan coupe), sebuah sedan mewah dengan performa menembus angka 300 hp. Varian yang hadir hampir satu dekade sebelum kelahiran Pontiac GTO ini diklaim sebagai muscle car pertama di Amerika Serikat dan bahkan menjadi inspirasi bagi beberapa mobil bergenre luxury sport sedan semisal Cadillac CTS-V, BMW M5 atau bahkan reinkarnasinya, Chrysler 300C.

Pada pertengahan 50an, tiga manufaktur terbesar di negara Paman Sam menganut pakem yang berbeda. General Motors mengenalkan mesin ringan V8 yang diadopsi oleh Corvette, Ford menghadirkan personal car ala Thunderbird, sementara Chrysler lebih inovatif dengan melempar seri 300 ke pasar Amerika Serikat. Sebuah varian yang diproduksi terbatas, mewah dengan dapur pacu paling bertenaga sejak hadirnya mesin supercharger Duesenberg Model SJ.Tahun 1955 merupakan tonggak sejarah bagi semua mobil lansiran Chrysler.

Sebab di tahun tersebut, pabrikan yang dibangun  oleh Walter Chrysler ini mulai bekerjasama dengan Virgil Max ‘Ex’ Exner (mantan desainer Studebaker) dan menelurkan model-model baru dengan desain out of the box. Berkat tangan dingin Ex, Cliff Voss dan Maury Baldwin di Chrysler’s Advanced Styling Group maka lahirlah C-300. Kehadiran varian yang pertama kali mengenalkan sistem transmisi otomatis Powerflite 2 percepatan tersebut mendobrak pakem desain boxy old-fashioned yang kerap diadopsi oleh mobil Amerika di eranya.

Di saat pabrikan lain berlomba-lomba untuk membuat mobil yang mengagungkan kenyamanan dengan sistem suspensi empuk, Chrysler justru menghasilkan sebuah mobil berperforma luar biasa yang diimbangi dengan stabilitas pengendalian yang sempurna. Hasilnya? Kendati hanya diproduksi sebanyak 1.725 unit, namun C-300 ludes terjual dengan menyisakan deretan daftar tunggu pembelinya. Faktor lain penunjang larisnya varian yang menganut sistem pengereman tromol hidrolis di keempat rodanya ini adalah geliatnya di dunia motorsport.

Mulai tahun 1955 hingga 1957, coupe dua pintu ini berhasil mendominasi berbagai ajang adu kecepatan yang digelar di Amerika Serikat. Bahkan, pada perhelatan NASCAR Grand National Championship tahun 1955, C-300 yang dibesut Tim Flock mampu membukukan kecepatan tertinggi hingga 204.128 km/jam.  Di lintasan padang garam Bonneville, Utah tahun  1959, Norm Thatcher berhasil mencetak rekor kecepatan Kelas E hingga 250.2 km/jam.

Di tahun 1956, Chrysler memutuskan untuk mendongkrak kapasitas mesin Hemi sebesar 5.8 liter dengan hantaran tenaga mencapai 355 hp dan merubah namanya menjadi 300B. Kode produksi yang dibuat berdasarkan alphabet ini terus berlanjut hingga tahun 1962 dan menjadikan Chrysler mashyur sebagai ‘letter cars’. Di tahun 1959, mesin Hemi 392 pensiun dan digantikan dengan penghasil daya Golden Lion wedge-head design berkapasitas 413 ci. Manufaktur yang bermarkas di Michigan ini juga memproduksi 300 Hurst yang dimodifikasi oleh Hurst Company di tahun 1971. Dengan menambahkan cat two-tone, striping khusus, spoiler di bibir bemper dan velg spesial.

Di awal tahun 2000 Chrysler kembali meluncurkan generasi penerus sang legenda berjuluk 300M. Kehadiran varian yang diklaim sebagai reinkarnasi dari C-300 ini mengundang pro dan kontra. Bagi segelintir 300 enthusiast, ini adalah langkah yang bagus. Namun untuk sebagian besar, lahirnya 300M justru mengundang tanda tanya. Pasalnya, menurut mereka penerus klan 300 itu tidak hanya kencang. Namun juga harus besar dan mewah.

Tinggalkan komentar